Genjitsushugisha no Oukokukaizouki Arc 1 Chapter 01


Ibu kota Kerajaan Elfrieden, Parnam. Adalah kota dimana terdapat 【 Kastil Parnam 】, yang merupakan tempat tinggal keluarga kerajaan. Benteng kota mengelilingi Kastil Parnam dengan indah, dinding yang mengelilingi kota ini memberikan kesan sebuah kota di Eropa pada abad pertengahan. Atap seluruh bangunan berwarna Oranye, penampilan mereka terlihat cocok dengan suasana klasik di kota ini. Disini terdapat jalan utama yang mengarah ke barat, timur, utara, dan selatan dengan Kastil Parnam sebagai pusatnya, setiap jalan utama terhubung dengan gerbangnya masing-masing, dimana kereta-kereta dan binatang pliharaan besar mengalir tanpa henti. Selain itu terdapat tak terhitung batu ubin kecil yang membentuk jari-jari lingkaran dari benteng, dan terdapat banyak jalan kecil yang saling terhubung, yang terlihat seperti jaring laba-laba (atau mungkin kepingan salju) saat dilihat dari langit. Di kedua sisi jalan itu terdapat distrik pertokoan dan distrik pengerajin, yang terus menerus di datangi pelanggan.
Hari ini adalah hari libur nasional, dan juga hari libur untuk merayakan penobatan saorang Raja baru, jadi distrik pertokoan bahkan lebih sibuk dari biasannya. Karena pergantian pemerintahan yang tiba-tiba keadaan benteng kota sempat memanas, tapi setelah diberitahukan bahwa Raja baru adalah sang Pahlawan yang terpanggil, bahwa Raja yang lama menyerahkan mahkotanya atas keinginannya sendiri, dan bahwa sang Pahlawan akan menikahi anak perempuannya Putri Liecia, jadi sebagai ayah mertua raja sebelumnya tidak akan diperlakukan dengan buruk, keributan perlahan-lahan mereda dengan sendirinya. Itu karena Raja sebelumnya ‘di cintai’ salama masa pemerintahannya.
【 Well, menurutku jika Raja baik-baik saja maka semuannya akan baik juga 】
【 Pasti berat menerima tekanan dari Kekaisaran dan aku bersyukur dia mampu mengistirahatkan bahunya 】
【 Sekarang dia mungkin bisa bersantai. Bagus untuknya, huh 】
Banyak orang yang mengartikan seperti itu… kelihatannya sifat riang sang Raja adalah sebuah ciri-ciri negara ini. Souma, orang yang diberikan Mahkota Kerajaan bukan atas keinginnannya, menduga akan ada sebuah perlawanan yang menentang perubahan tiba-tiba ini, tapi dia mengambilnya tanpa sebuah pertarungan*. Bagaimanapun kau melihatnya, pemandangan di Parnam hari ini adalah para manusia, para therianthrope dan para dwarf datang dan pergi dengan damai.
*TN : Artinya dia mengambilnya seperti membalikan telapak tangan
Sore itu, seekor kuda putih berlari di atas batu ubin seakan-akan memotong suasana yang damai itu. Orang yang menaikinya adalah seorang wanita cantik dengan pakaian militer berwarna merah dan putih yang melambangkan ‘Mawar Versailes’, ramput pirang platina-nya diikat seperti ekor kuda, berkibar di dalam angin. Umurnya sekitar 16-17 tahun. Kulit putihnya dan seragam militernya yang ketat menonjolkan bentuk tubuhnya yang indah.
Hanya dengan membayangkan wanita yang menaiki kuda putih dapat dijadikan sebagai lukisan yang indah. Melihat gadis itu, orang-orang disekitar jalan secara spontan mendesah penuh kekaguman dan bersorak saat mereka menyadari bahwa dia adalah ‘puteri’ negara ini.
“Puteri! Selamat atas pertunanganmu!” (Warga 1)
“Aku harap kau bahagia!” (Warga 2)
Tanpa mengetahui perasaannya yang sesungguhnya, mereka memberikan sorakan hangat. Meskipun, Suara sorakan mereka tidak dapat mencapai telinganya saat ini.
“Ayah, Ibu, bertahanlah… aku akan datang untukmu.” (Putri)
Dia, Liecia Elfrieden, bergumam dengan wajah sedih.
***
“Ayah! Apa artinya ini!” (Liecia)
Ruang Khusus Keluarga Kerajaan. Sebuah ruangan yang besar, saking besarnya sebuah tempat tidur king size tidak dapat memenuhi ruangan itu, setiap dan seluruh perlengkapan diukir dengan indah. Biasanya, ruangan ini adalah milik pasangan kerajaan dan ruangan pribadi mereka, dan setelah menyerahkan mahkota kerajaan, ruangan ini saharusnya diberikan kepada Souma, tapi Souma yang tidak suka sesuatu yang membuatnya sulit bergerak, memberikan ijin kepada pasangan kerajaan sebelumnya untuk terus menggunakan ruangan ini jadi mereka berdua masih ada disini. Sebetulnya, Souma masih belum memiliki ruangannya sendiri. Alasan dia memberikan ruangan ini adalah karena aku tidak membutuhkannya sekarang.
Pemandangan yang dilihat Liecia saat dia mendobrak pintu besar itu adalah pemandangan dari orang tuannya yang berada di balkon menikmati waktu minum teh dan memegang sebuah scone cream ditangan mereka sambil melakukan “Ini, katakan aaaah-“ “Aaaaaaah-“. Liecia terduduk untuk sesaat, tapi dengan cepat kembali berdiri dan berjalan mendekati Raja sebelumnya dangan tatapan penuh kemarahan.
“Aku, berlari selama perjalanan dari wilayah patroliku saat kudengar mahkota milik ayah telah direbut! Jadi kenapa kalian malah melakukan ‘Ini, katakan Aaaaah-♪’ dengan santai!” (Liecia)
Mengenai hal itu, selain memiliki gelar Puteri (tunangan dari raja yang sekarang setelah penurunan tahta), dia juga lulus dari sebuah akademi militer dan menerima gelar perwira. Posisi itu memang tidak terlalu tinggi, tapi karena keluargannya memiliki derajat yang tinggi dia sering mendapat perintah untuk berkeliling kesetiap daerah untuk menyatakan perhatian dan sejenisnya. Dia sedang menjalankan salah satu dari misi itu tapi saat mendengar Ayahnya tiba-tiba turun tahta dia datang dengan terburu-buru.
“Kekuasaanku benar-benar tidak direbut, Aku turun tahta karena keinginanku sendiri.’ (Mantan Raja)
“Aku tidak peduli dengan hal itu! Kenapa kau turun tahta dengan tiba-tiba!” (Liecia)
“Aku berbicara dengan pria itu dan percaya dia dibutuhkan oleh negara ini. Ini adalah sesuatu yang kuputuskan dengan tanggung jawab melihat perkembangan negara ini. Aku sama sekali tidak keberatan.” (Mantan Raja)
Pernyatan yang seketika dibuatnya itu kelihatannya untuk menunjukan sedikit martabat dari seseorang yang memikul sebuah kerajaan dipundaknya, jadi Liecia enggan membahas masalah ini lebih jauh lagi.
“Uuuh…. Tapi, bahkan seenaknya memutuskan pernikahanku.” (Liecia)
“Kau dapat membicarakannya di antara kalian berdua. Pertunangan ini sebenarnya adalah sesuatu yang kami paksakan kepadanya. Jika kau tidak menginginkannya, Souma-dono juga tidak akan memaksamu.” (Mantan Raja)
“Ibuuuu.” (Liecia)
Liecia meminta bantuan kepada ibunya, tapi mantan Ratu itu tersenyum dan berkata.
“Pertama pergi dan lihatlah Souma-dono. Ini adalah hal yang menyangkut kehidupanmu, kau dapat memilih masa depanmu sendiri. Kami akan menghormati apa yang kau pilih.” (Mantan Ratu)
Jadi ini apa yang mereka katakan tidak memiliki pulau untuk berlabuh . Liecia menurunkan bahunya.
***
Liecia sedang berjalan didalam kastil dengan langkah cepat. Dia meninggalkan kastil ini beberapa minggu yang lalu untuk melakukan patroli daerah. Dia bertanya-tanya apa yang terjadi dengan benteng ini setelah ia tidak melihatnya selama seminggu, tapi setiap orang di dalam benteng sedang berlarian. Prajurit, pembantu, birokrat, dan bahkan para menteri semua sedang berlarian. Pemandangan menteri kabinet berperut gendut dan keringat didahinya dengan “huff huff” saat dia berlari terlihat sangat tidak nyata jadi dia berdiri dengan tercengang.
Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Suasana kastil ini biasanya terasa tenang sampai-sampai kau dapat berpikir bahwa waktu berjalan lebih lambat disini. Para pembantu dan menteri kabinet berjalan dengan santai, dan itu benar-benar sepi sampai aku bisa mendengar suara prajurit yang sedang berlatih di lapangan dimanapun didalam kastil ini. Bukankah alasan Liecia memasuki akademi militer bukan karena dia seorang putri melainkan karena dia merasa tersiksa dengan suasana semacam itu?
Tapi lihatlah sekarang. Tidak peduli kemanapun kau pergi didalam benteng ini, kau dapat mendengar suara langkah kaki. Liecia memanggil salah satu pelayan yang sedang berlari dengan terburu-buru.
“Bisakah aku berbicara dengamu sebentar?” (Liecia)
“Ah, bukankah ini tuan putri. Apakah ada sesuatu yang Anda ingin Saya lakukan?” (Pelayan)
“Ah, tidak… Benteng ini terlihat sibuk, apakah terjadi sesuatu?” (Liecia)
“Um, tidak? Tidak secara khusus.” (Pelayan)
“Benarkah? Meskipun ini terasa agak sibuk untukku…” (Liecia)
“Ya. Ah, tapi ini mungkin pengaruh dari Raja yang baru. Melihat bagaimana Ia bekerja, itu terasa tak termaafkan jika kami menyerahkan seluruh pekerjaan kepadanya. Saya juga merasa kalau Saya tidak boleh terlalu lambat… ah, Saya tengah melakukan sesuatu sekarang jadi permisi.” (Pelayan)
“Begitukah? Lakukan yang terbaik.” (Liecia)
Melihat pelayan itu pergi dengan cepat, Liecia menjadi semakin tercengang. Hanya bagaimana cara bekerja Raja baru itu sehingga dapat membuat seorang pelayan berbuat sejauh ini! Orang seperti apa yang menjadi tunanganku ini. Liecia mendapat jalan buntu dipikirannya.
Ruang Urusan Pemerintahan Kerajaan. Saat Liecia membuka pintu itu hal pertama yang dilihatnya adalah tumpukan kertas. Dokumen yang ditumpuk dengan sangat tinggi, terlihat meluap dari meja besar yang terihat dapat memuat dua pria dewasa yang berbaring. Bukan hanya itu. Melihat sekeliling terdapat beberapa birokrat di meja panjang yang lain bekerja keras dengan berkas-berkas yang kelihatan mirip satu sama lain.
Saat Liecia tercengang, terdengar suara seorang pria muda dari belakang tumpukan kertas.
“Oi, orang yang baru saja masuk” (Souma)
“………….Ae!? Apa!?” (Liecia)
Dia mengeluarkan suara aneh saat dia tersadar, tapi pemilik suara itu kelihatannya tidak menyadarinya.
“Kau, bisakah kau membaca? Bisakah kau melakukan perhitungan?” (Souma)
“Ja, jangan menganggapku bodoh! Aku telah menerima pelajaran yang layak!” (Liecia)
“Bagus kalau begitu. Kesinilah dan bantu aku bekerja.” (Souma)
“Membantumu!? Kau pikir kau siapa….” (Liecia)
“Jangan khawatir soal itu, tolong aku. Ini adalah sebuah ‘Perintah Kerajaan’.” (Souma)
Saat dia mengatakan itu, orang dibelakang tumpukan kertas akhirnya berdiri dan akhirnya menampakan wajahnya. Ini adalah pertemuan pertama antara Souma dan Liecia yang telah bertunangan beberapa hari yang lalu. Liecia kemudian dapat mendeskripsikan kesan pertama tentangnya sebagai “seorang pria muda dengan mata mengantuk”.
***
Dalam sebuah cerita dimana seorang pahlawan dipanggil kedunia lain, terdapat banyak kasus dimana Sang Pahlawan diberikan kekuatan khusus selama proses pemanggilan. Di sebagian besar kasus, itu adalah kekuatan yang memungkinkan dirinya menghadapi ribuan musuh sendirian atau kekuatan yang awalnya terlihat tak berguna tapi itu benar-benar kekuatan yang luar biasa yang bahkan dapat menaklukkan dunia, yang sering disebut ‘OVERPOWER*’ atau sejenisnya.
*TN : Versi inggrisnya disebut ‘ME STRONK’ yang entah gimana ane jelasinnya, intinya sama aja kaya overpower (mungkin :v )
Kupikir, jadi mungkin aku akan mendapat beberapa kekuatan, dan benar saja, aku kelihatannya telah diberi beberapa kekuatan. Yang pertama adalah ‘Melakukan Banyak Pikiran Secara Paralel’. Sekarang aku dapat melakukan beberapa pikiran secara bersamaan. Saat sedang dalam pertemuan tentang masalah A, aku dapat berpikir tentang masalah B didalam kepalaku. Kurasa mungkin aku dapat memenangkan sebuah permainan Shoutoku Taishi* melawan 10 orang sekaligus sekarang ini.
*TN : Sejenis permainan di Jepang, penjelasan lebih lanjut silahkan hubungi Google.
Yang satunya adalah ‘Telekinesis Lemah’. Aku dapat menggerakkan apapun dengan berat dibawah 300 gram tanpa menyentuhnya, tanpa memperdulikan gravitasi. Semakin ringan sebuah benda, semakin bebas aku mengendalikannya, juga, bersamaan dengan Pemikiran Paralel, aku dapat menggerakkan beberapa benda sekaligus. Sebagai tambahan, ini cukup menakjubkan karena aku dapat melihat pendapat yang menguntungkan diluar pendapatku yang biasanya.
Lalu berbicara tentang apa yang dapat kulakukan untuk menunjukan kedua kekuatan ini, adalah melakukan pekerjaan tulis menulis tiga kali lebih cepat dari biasanya. Saat melihat tiga dokumen sekaligus dengan pemikiran paralel, aku menggerakkan dua pena dengan telekinesis lemah, dan bersamaan dengan pena di tangan kananku aku bekerja dengan tiga pena untuk menandai setiap dokumen. Ya, aku membuat kemajuan. Kenyataannya, jika bukan karena kedua kekuatan ini aku pasti telah terkubur di dalam tumpukan dokumen sekarang ini.
……. Yah, aku tau apa yang ingin kau katakan. Ini sama sekali bukan kekuatan yang OVERPOWER. Bisa dikatakan dengan menggunakan gaya sebuah doujin bertema tembak-tembakan 【 Kekuatan ini hanya cocok digunakan untuk pekerjaan tulis menulis 】. Yah, buruk. Bahkan jika itu berguna sekarang ini, tapi saat kau memikirkan alasan kenapa aku dipanggil adalah untuk bertarung melawan Raja Iblis, satu-satunya yang bisa kau katakan adalah ‘bagaimana ini bisa terjadi!?’ Bahkan jika itu bukanlah sebuah sihir yang cukup kuat untuk melawan 10.000 musuh, setidaknya aku bisa mendapatkan sesuatu seperti sebuah skill pedang yang dapat kugunakan untuk mempertahankan diri.
Kembali ke masalah utama, saat aku sedang menggunakan kedua kekuatan ini untuk menghadapi tumpukan kertas itu, pintu yang kokoh itu tiba-tiba di dobrak oleh seorang wanita berseragam militer. Dia memiliki wajah yang cantik, kulit yang putih, dan rambut pirang platinum. Dia adalah seorang wanita yang jika aku melihatnya pada saat keadaan biasa aku pasti akan mengaguminya, tapi untukku yang telah begadang selama tiga malam, aku tak dapat melihatnya sebagai wanita yang cantik melainkan hanya sebagai ‘Pekerja yang masih Segar’. Aku setengah memaksanya duduk disampingku dan menyerahkan dua berkas kertas kepadanya.
“Bandingkan kedua dokumen itu dan jika kau melihat ada nomor yang tidak cocok atau catatan nomor yang berbeda, berikan tanda centang padanya.” (Souma)
“Eh, apa? Pekerjaan macam apa ini?” (Liecia)
Apa kau bilang…. ? Kami sedang menggali harta karun yang tersembunyi.” (Souma)
Aku dengan seenaknya mengatakan itu, kelihatannya wanita berseragam itu kebingungan.
“Harta karun tersembunyi?” (Liecia)
“Lebih tepatnya 【 Pengeluaran yang Tidak Diketahui 】. Diantaranya adalah 【 Daftar Anggaran Belanja 】 dan yang satunya adalah 【 Laporan Pemasukan dan Pengeluaran 】. Bahkan jika jumlah permintaan sama dengan jumlah pengeluaran, jika terdapat lebih banyak catatan pengeluaran dari yang direncanakan lalu itu pasti sebuah investasi yang tidak berguna yang dibuat untuk menggunakan anggaran negara, atau mungkin penggelapan yang menggunakan investasi sabagai kedok. Kami memberi tanda centang pada mereka dan jika ada semacam penipuan kami akan membuat tempat bersangkutan membayar denda. Jika kami menemukan sebuah penggelapan uang yang dilakukan secara individu, kami akan menyuruhnya mengganti rugi, dan jika mereka tidak sanggup mengganti rugi kami akan menangkap dan menghukum mereka dengan benar.” (Souma)
“Ba, baiklah.” (Liecia)
Mungkin merasa terancam dengan sikap seseorang yang baru saja begadang, Dia melakukan apa yang kukatakan. Tetap seperti itu, setelah sekitar dua jam terlewati dengan dia bekerja dengan diam disampingku, wanita berseragam itu tiba-tiba berbicara kepadaku tanpa menghentikan tangannya menandai dokumen.
”Hei.” (Liecia)
“….Ada apa? Jika kau lelah kau bisa beristirahat jika kau mau.” (Souma)
“Bukan itu…… Aku belum mengatakan namaku saat ini. Aku Liecia Elfrieden, anak perempuan dari Raja sebelumnya Alberto Elfrieden.” (Liecia)
Pada saat dia mengatakan hal itu, ketiga pena yang kugerakan berhenti. Aku memandang wanita yang mengatakan dirinya Liecia dengan tercengang.
“…. Jadi kau adalah Sang Putri.” (Souma)
“Apakah aku tidak terlihat seperti itu?” (Liecia)
“Yah, kau memakai seragam militer. Tapi… yah, kau sedikit kelihatan seperti itu.” (Souma)
Sekarang saat kau memperhatikan itu, dia memiliki kelas, membuatku menyadari penampilan ningratnya.
“Aku…. Souma Kazuya. Aku bertindak sebagai Raja sekarang.” (Souma)
Liecia membalikkan wajahnya kearahku. Kami saling bertatapan dengan sangat dekat. Tidak sepertiku yang sedang terkejut, pupil emasnya terlihat seperti dia sedang menilaiku. Setelah memandang beberapa saat Liecia akhirnya membuka mulutnya.
“Aku bukan seorang Putri lagi. Sejak kau mengambil alih takhta, posisiku sedikit tidak jelas.” (Liecia)
“Mengambil alih…? Kau tau, Aku hanya dipaksa oleh ayahmu untuk menerima takhta ini! Lagipula aku hanya mencari kehidupan yang tenang… Kenapa aku harus menanggung beban berat ini.” (Souma)
“….. Apa yang terjadi? Aku tau kalau kau adalah pahlawan yang telah dipanggil, tapi bagaimana hal itu tiba-tiba berakhir manjadi perpindahan takhta.” (Liecia)
“Aku juga ingin mengetahui hal itu. Semua yang aku inginkan adalah menjaga diriku tetap aman…” (Souma)
Saat aku dipanggil kedunia ini aku hampir dikirim ke Kekaisaran itu. Sang Raja kelihatannya tidak ingin melakukan itu tapi dia tidak mempunyai rencana khusus, jika Kekaisaran membuat permintaan yang lain dia tidak dapat melakukan apapun selain mengirimku kesana. Lalu jika pada akhirnya aku dikirim ke Kekaisaran, tak peduli bagaimanapun nasibku berubah tidak akan ada masa depan cerah yang terlihat. Dalam rangka untuk melindungi diriku sendiri, aku harus membuat mereka memilih untuk tidak mengirimkan sang Pahlwan.
Rencana yang kuberikan kepada Sang Raja adalah mengulur waktu dengan “membayar uang bantuan”, dan menggunakan waktu itu untuk menciptakan ‘negara kaya, dan pasukan yang kuat’. Karena mereka mengatakan “jika kau tidak mampu membayar lalu kirimkan sang Pahlwan kesini”, kami dapat membayar dan melewatinya dengan itu. Ini adalah sebuah percobaan gertakan tapi karena ini bukan sebuah gertakan asli, aku mengira Kekaisaran itu akan melindungi kehormatan mereka dan tidak akan menekan lebih jauh dari ini. Dengan menggunakan waktu yang kita dapatkan, kita dapat mengembangkan ‘negara yang kaya dengan pasukan yang kuat’ dan membangun sebuah negara yang tidak akan mengalah jika Kekaisaran itu kembali mengancam kami.
Tentu saja, keduahal itu memiliki kekurangan. Mereka bilang “Negara ini tidak memiliki dana untuk membayar uang bantuan itu”. Bagaimanapun, dengan bahan-bahan yang telah kuperiksa, aku menunjukan kepada mereka jika pembayaran dapat dilakukan dengan menjual beberapa fasilitas pemerintahan, menekan pengeluaran negara, dan menyerahkan beberapa barang pribadi milik Raja. Aku menghadiri sebuah program pasca sarjana sosial ekonomi dan bermimpi menjadi seorang pegawai pemerintahan. Sesuatu seperti ini masih dalam wilayah keahlianku.
Sang Raja terlihat khawatir melihat rencana ini, tapi Perdana Menteri Markus terlihat bersemangat. Dia kelihatannya telah memutuskan daripada mengirim sang Pahlawan untuk menjaga status quo, akan lebih baik bagi masa depan negara ini untuk memperbaiki perekonomian. Aku sangat bersyukur dengan keinginan Perdana Menteri. Sebagai orang yang menyarankan hal ini aku mungkin akan dipercayai untuk melakukan beberapa pekerjaan, mungkin sebagai seorang pengawas keuangan, membantu perbaikan ekonomi… itulah yang kupikirkan.
“Tapi lalu mereka menjadikanku seorang Raja.” (Souma)
“Ah, um…. Maaf atas tuduhanku.” (Liecia)
“Kau tidak perlu meminta maaf. Sebenarnya, kau adalah seorang korban disini, tiba-tiba mengatakan padamu bahwa kau memiliki seorang tunangan.” (Souma)
“Yah, itu benar…. Tunggu, hah? Aku bertanya-tanya mana dari kita yang memiliki posisi yang lebih tinggi. Bukankah buruk tidak menggunakan bahasa formal?” (Liecia)
Di satu sisi kita mempunyai seorang mantan orang biasa, Raja sekarang ini. Dan disisi lain kita mempunyai seorang mantan putri, Kandidat Ratu sekarang ini.
“….Kupikir kau dapat berbicara seperti biasanya.” (Souma)
“….Benar.” (Liecia)
“Juga, jangan khawatir dengan pertunangan itu. Aku hanya dipercayai memegang takhta sekarang ini. Aku mungkin akan berhenti menjadi Raja dalam beberapa tahun.” (Souma)
“Eh, kenapa!?” (Liecia)
“Aku tidak ingin melakukan pekerjaan selain untuk mendapatkan 【 Uang Bantuan 】 jadi aku tidak akan dikirim ke Kekaisaran. Sekarang karena takhta sudah diberikan kepadaku, aku setidaknya akan meletakkan keadaan ekonomi negara ini di jalur yang benar, tapi aku akan mempersilahkan orang-orang untuk memilih apa yang akan terjadi selanjutnya. Tentu saja, aku tidak keberatan dengan membatalkan pertunangan ini.” (Souma)
***
Liecia menatap dengan mata terbuka lebar kepada Souma yang mengucapkan kata itu.
( Tidak tidak, dia dengan mudah mengatakanny, tapi apakah dia mengerti bagaimana susahnya melakukan hal itu)
Bahkan Liecia yang memasuki militer dan tidak terlalu paham dengan urusan pemerintahan mengerti situasi negara ini. Negara ini sudah hampir di 【 Skakmat 】. Pertama persediaan makanan yang rendah, krisis ekonomi, gelombang pengungsi dari Invasi Raja Iblis, lalu tekanan dari Kekaisaran Grand Chaos… itu semua harus segera diselesaikan. Dengan segala kemungkinan, bahkan jika pemerintahan Raja sebelumnya terus berlanjut itu hanya akan bertahan beberapa tahun. Seperti yang diharapkan dari seorang lulusan akademi militer, Liecia dapat melihat semua itu dengan tenang.
Oleh karena itu dia sedikit memahami tindakan ayahnya yang menyerahkan takhta kepada seseorang yang Ia lihat lebih baik di titik ini. Tapi kemudian, benarkah ia bisa meletakkan kondisi ekonomi negara ini di jalur yang benar itu? Jika berkata dia bisa, lalu apakah orang-orang akan membiarkan Raja yang memiliki prestasi seperti itu mengundurkan diri.
“…Jadi, kau pikir kau dapat memperoleh Uang Bantuan itu?” (Liecia)
“Hm? Ah, Aku sudah memperoleh Uang Bantuan untuk diberikan kepada Kekaisaran.” (Souma)
“……………………. Eh?” (Liecia)
“Sekarang aku sedang meningkatkan pendapatan untuk melakukan reformasi. Sebenarnya, itu membutuhkan lebih banyak uang dibanding membayar bantuan Kekaisaran.” (Souma)
Tidak…. Berhenti disana! Sudah memperoleh katanya? Uang yang diminta Kekaisaran menurut dugaanku besarnya sama dengan sepertiga anggaran tahunan negara ini. Itu menyamai jumlah seluruh Anggaran tahunan negara kecil dan dia bilang sudah mendapatkannya?
“Darimana kau mendapatkan sesuatu seperti…” (Liecia)
“Aku sudah menjual sepertiga harta di Ruang Harta.” (Souma)
“Ruang harta….? Harta Nasional!?” (Liecia)
Dia benar-benar menjual Harta Nasional!? Apa yang dia pikirkan? Aku bertanya kepada Souma yang dengan acuh tak acuh melakukan sesuatu yang memalukan seperti itu.
“Harta Nasional adalah milik seluruh warga negara ini kau tau! Menjualnya atas keinginanmu sendiri adalah penghianatan kepada para warga!” (Liecia)
“Te, tenanglah terlebih dahulu. Karena kau berkata itu adalah milik seluruh warga negara lalu bukankah ini dapat diterima jika menjualnya demi kebaikan seluruh negara?” (Souma)
“Ya, tapi… Ada sebagian dari harta itu yang mengandung nilai budaya dan sejarah.” (Liecia)
“Ah- aku sudah mengeluarkan harta seperti itu. Harta yang kujual adalah sesuatu seperti permata dan perhiasan.” (Souma)
Souma mengambil dan memberikan sebuah daftar harta nasional dari tumpukan dokumen kepadaku.
“Aku memisahkan Harta Nasional menjadi 【 Grup A : barang dengan nilai budaya 】, 【 Grup B: barang yang tidak memiliki nilai budaya tapi mempunyai hak milik 】, dan 【 Grup C: lainnya 】, dan hanya menjual Harta yang termasuk dalam Grup B. Daripada menjual barang Grup A akan lebih baik jika menunjukannya di pameran atau museum secara teratur untuk tambahan pemasukan jangka panjang.” (Souma)
“Itu mungkin benar, tapi…. Grup C?” (Liecia)
“Item sihir, buku sihir, dan sejenisnya. Aku benar-benar tidak tau cara menangani mereka. Dapat dikatakan mereka seperti sebuah senjata. Jadi aku tidak bisa sembarangan menjualnya atau memamerkannya. Meskipun 【 set perlengkapan pahlawan 】 kelihatannya akan laku dengan harga tinggi.” (Souma)
“Tolong hentikan itu…” (Liecia)
Kau masih seorang Pahlawan, bahkan untuk saat ini… Ah, tapi kau seorang Raja sekarang.
“Tapi, jika kita memiliki uang sebanyak itu, bukankah sebaiknya kita menggunakannya untuk memperkuat peralatan perang kita untuk persiapan melawan Kekaisaran? Aku diajarkan 【 lebih baik bertaruh 1000 yen di pertahanan nasional daripada memberikan sepersepuluh rin* sebagai upeti 】 di akademiku.” (Liecia)
*TN : 1 rin = 1/1000 yen
“Aku mengerti pepatahmu dan aku akan memberimu sebuah pepatah pendek. 【 Waktu adalah uang 】. Pengaruhnya adalah dengan menawarkan uang bantuan perang sebagai korban, Aku bisa mendapatkan apa yang paling dibutuhkan negara ini yaitu ‘Waktu’.” (Souma)
“Apa maksud dari perkataanmu?” (Liecia)
“Jangan mengkhawatirkan hal itu. Bagaimanapun juga, bahkan jika kita meningkatkan jumlah peralatan perang yang kita miliki tidak akan ada artinya jika kita tidak menyelesaikan masalah dalam negeri kita. Selama masalah makanan dan pengungsi tidak diselesaikan, kita akan terus kehilangan dukungan terbaik. Jika itu terjadi kita akan menjadi negara yang sangat rapuh dan Kekaisaran hanya perlu sedikit memperbesar api itu sebelum pemberontakan terjadi.” (Souma)
“Tidak mungkin… Orang-orang akan mengetahui kalau itu adalah hasutan Kekaisaran.” (Liecia)
“Itu adalah sebuah pandangan yang idealistis. 【 Kemiskinan tidak akan memberikan kelakuan yang baik 】. Tdak mungkin ada moral dan jiwa patriot dalam sebuah perut kosong. Tanpa ada ruang bagi mereka untuk bergerak tentu mereka tidak akan memperdulikan orang lain.” (Souma)
Apa yang terlihat di mata Souma adalah tatapan yang sangat dingin saat dia mengatakan itu. Itu adalah pandangan yang sangat realistis. Kupikir itu tepat sasaran. Itu benar-benar….. tidak kuketahui.
“Baiklah sekarang, bisakah kita kembali bekerja?” (Souma)
“….”(Liecia)
Aku merasakan dadaku semakin sesak akibat tatapannya.
***
Kami terus bekerja selama beberapa hari dan akhirnya mampu mengumpulkan sejumlah uang. Berpikir itu tidak akan membawa kami ke kemakmuran jadi itu akan bertindak sebagai dana untuk mendukung reformasi. Mampu mengumpulkan dana sebanyak ini hanya dengan secara langsung mengontrol wilayah tanpa menyentuh ‘Daerah Ketiga Adipati’, aku pikir itu layak mendapat pujian.
Melihat kesekeliling ruangan, disana terdapat tubuh-tubuh yang berserakan. Diantara para birokrat ada diantaranya yang tertidur diatas meja, dan ada juga yang tertidur di atas kursi mereka, Dan untuk diriku, aku telah terbangun selama empat hari, tapi dengan memisahkan kesadaranku menjadi tiga dengan menggunakan pemikiran paralel, aku dapat membuat mereka tidur secara bergantian jadi aku tidak merasakan kelelahan mental ( karena itu mengakibatkan kelelahan fisik aku tidak ingin terlalu sering menggunakannya)
Sementara itu, di sofa Ruang Urusan pemerintahan, Liecia sedang terbaring tidur. Aku diam-diam mendekat dan duduk diatas tanganan* kursi, mamandangi Liecia yang sedang tertidur. Dia pasti memiliki banyak hal yang ingin dikatakan setelah tiba-tiba mendapat seorang tunangan, tapi aku harus berterimakasih kepadanya karena mau membantu pekerjaanku meskipun begitu.
*TN : Tempat untuk mengistirahatkan tangan (entah apa namanya :v )
Aku mengelus kepala Liecia yang sedang tertidur. Rambutnya yang halus meluncur diantara jariku. Merasakan kenyamanan setelah melakukan sebuah pekerjaan panjang. Ini adalah sesuatu yang sangat memalukan.
“Mu-…” (Liecia)
Liecia mengerang dan aku menyingkirkan tanganku dari rambutnya. Sesaat kemudian, Liecia membuka matanya dan tiba-tiba terduduk. Dia masih mengantuk, dan melihat sekelilingnya dangan tatapan kosong. Aku tersenyum dan menyapanya.
“Pagi Liecia.” (Souma)
“Ah, Pagi…huh? Aku tertidur…” (Liecia)
“Pekerjaan telah selesai. Kau ingin tidur sedikit lebih lama?” (Souma)
“Ah, tidak. Aku baik-baik saja. Selain itu, bagaimana denganmu Souma? Kau belum tidur kan?” (Liecia)
Kelihatannya dia sudah terbangun sepenuhnya, dan jujur aku senang karena dia mengkhawatirkanku. Aku berdiri dari sofa dan meregangkan badan dengan berlebihan.
“Aku berencana tidur nyenyak setelah ini… oh, iya. Maukah kau pergi denganku sebentar?” (Souma)
“Hm? Kemana?” (Liecia)
“Jalan-jalan sebelum tidur.” (Souma)
***
Tepat setelah matahari terbit, kami berdua, Liecia dan aku, sedang terguncang-guncang diatas punggung kuda. Sambil menghirup udara pagi yang masih bersih, Celine, Kuda kesayangan Liecia, tak menghiraukan berat kedua orang yang berada diatasnya, dan terus berlari. Kami seperti sedang berboncengan menaiki sepeda motor, tapi Liecia-lah yang memegang tali kekang kuda itu sementara orang yang satunya dengan tangan memeluk erat pinggangnya adalah aku.
“Whoa, jangan menekan perutku terlalu kuat.” (Liecia)
“Tidak, baiklah, ini sangat menakutkan kau tau?” (Souma)
“Menyedihkan. Bukankah biasannya pria yang seharusnya memegang tali kekang.”(Liecia)
“Mau bagaimana lagi. Ini adalah pertamakalinya bagiku menaiki seekor kuda.” (Souma)
Di Jepang yang sudah modern, tidak banyak kesempatan untuk menaiki seekor kuda. Sebagian besar, itu hanya pada tingkat menaiki kuda poni dengan seorang pemandu di kebun binatang saat aku masih kecil.
“Setiap orang dewasa dikota ini, mulai dari petani sampai bangsawan, dapat menaiki kuda kau tau?” (Liecia)
“Sayangnya, negara tempatku berasal memiliki banyak alat transportasi yang lebih baik.” (Souma)
“Tapi negara ini banyak menggunakan kuda. Karena kau berada disini kenapa kau tidak belajar menaikinya?” (Liecia)
“….. saat aku punya waktu luang.” (Souma)
“Baik. ….jadi, sepertinya aku tertarik dengan kendaraan di negaramu.” (Liecia)
“Yah, itu adalah kendaraan berbentuk kotak dengan roda yang dapat mengangkut banyak orang sekaligus…” (Souma)
Saat kami sedang bercakap-cakap, kuda kami terus menderapkan kakinya. Sekarang mungkin sekitar jam 6. Hampir tiba saatnya bagi orang-orang mulai bekerja. Distrik pertokoan terlihat belum ada yang buka, dan disana hampir tidak ada pejalan kaki. Meninggalkan area perkotaan, kami akhirnya tiba di tembok yang mengelilingi kota ini. Kami berbicara dengan penjaga dan pergi keluar melalui gerbang kecil disebelah gerbang besar (yang baru dibuka pukul 7) yang tidak akan kau lihat selain di film fantasy.
Negosiasi kali ini ditangani oleh Liecia. Raja yang baru memerintah tidak mungkin di ijinkan keluar gerbang tanpa para penjaga. Itulah mengapa Perwira Militer Liecia mengatakan alasan ‘Aku pergi keluar karena perintah kerajaan’ atau sejenisnya. Setelah kami meninggalkan gerbang benteng dengan selamat, Liecia mengomel.
“Mereka menulis itu sebagai perintah kerajaan. Sekarang bagaimana aku akan menjelaskannya kepada atasanku…” (Liecia)
Aku dengan sopan mengabaikannya. Lalu setelah beberapa saat, kami akhirnya sampai di tempat tujuan kami.
“…..berhenti disini.” (Souma)
Aku meminta menghentikan kudanya, dan dia melihat kearahku dengan ragu.
“Kau ingin pergi kesini? Aku tidak melihat apapun selain ladang.” (Liecia)
Seperti yang Liecia katakan, kemanapun kami melihat sekitar tidak ada apapun selain ladang hijau. Ladang hijau yang dibasahi embun sepanjang mata memandang. Tempat ini… tidak ada yang salah dengan itu.
“Aku ingin Liecia melihat pemaindangan ini.” (Souma)
“Ladang-ladang ini? Yah, ini memang cantik, dibasahi embun pagi dan semua itu…” (Liecia)
“Cantik…huh. Bahkan jika orang-orang yang kelaparan disebabkan oleh semua ini.” (Souma)
“Apa?” (Liecia)
Liecia melebarkan matanya dengan terkejut. Aku tersenyum mengejek.
“Lihatlah lebih dekat. Ladang yang tidak dapat dimakan inilah yang menyebabkan masalah pangan di negara ini.” (Souma)
***
Ladang yang tak dapat dimakan. Itulah bagaimana Souma menyebut ladang yang terbentang dihadapanku, sambil tersenyum mengejek.
“….Apa artinya itu?” (Liecia)
“Artinya sama dengan perkataan itu. Apa yang ada dihadapan kita, semua adalah 【 Kapas 】.” (Souma)
“Kapas… Ah! Itu yang kau maksud tak dapat dimakan.” (Liecia)
Kapas adalah bahan dasar untuk membuat benang katun. Tentu saja tidak dapat dimakan. Souma duduk di tempat ini dan meletakkan lengan di lututnya.
“Kesimpulannya, masalah pangan dinegara ini disebabkan oleh meningkatnya ladang-ladang kapas.” (Souma)
“….hah?” (Liecia)
Bukankah dia baru saja mengatakan hal yang luar biasa? Masalah pangan negara? Tidak menyadari kekagumanku, Souma terus berbicara.
“Aku menyadari ini saat aku sedang memeriksa dokumen-doumen itu, tapi karena perluasan Wilayah Raja Iblis permintaan akan keperluan seperti pakaian meningkat. Wajar jika permintaan bahan dasar. kapas, juga meningkat. Saat harga kapas meningkat, kau hanya dapat menjual apa yang kau buat, jadi para petani berhenti menanam makanan yang telah mereka lakukan sejak awal dan secara bersamaan berganti bertanam kapas. 【 Cash Crops* 】 mereka bukan untuk dimakan tapi untuk dijual, tapi kenyataan para petani tiba-tiba berganti menanam cash crops menyebabkan persedian makanan dinegara ini menurun.” (Souma)
*TN : Cash Crops adalah hasil panen yang tujuannya untuk dijual seperti kapas, biji kopi, teh, dan lain-lain
“….” (Liecia)
Aku tidak menyadari itu. Tidak, aku bahkan tak pernah memikirkannya.
Merasa ragu dengan apa yang menyebabkan masalah pangan di negara kami, aku secara egois berpikir itu mungkin karena cuaca buruk, atau mungkin karena tanahnya tidak terlalu subur. Meskipun ada penyebab yang jelas, bahkan aku yang sudah tinggal disini lebih dari 10 tahun, tidak menyadarinya. Terlebih lagi Souma yang baru dipanggil kesini beberapa hari yang lalu mampu menyadarinya.
“Lebih jauh lagi, penyebab resesi di negara ini juga hal ini. Karena persediaan pangan yang rendah kita tidak memiliki pilihan selain mengimportnya dari negara lain, tapi karena terdapat biaya transportasi, harga bahan makanan tiba-tiba melonjak. Meskipun keadaan keuangan sebuah keluarga sedang berada dibawah tekanan, mereka hanya bisa sedikit mengurangi pengeluaran makanan. Jika mereka tidak makan, mereka akan mati, jadi tentu saja apa yang akan meraka kurangi adalah membeli bahan makanan dan barang yang mewah. Pengendalian pengeluaran inilah yang menyebabkan resesi.” (Souma)
Apa yang sedang kulihat. Jika aku adalah seorang warga kota aku hanya akan mengatakan kau memetik apa yang kau tanam dan sebagainya. Tapi aku adalah seorang Putri. Ketidaktahuan seperti ini akan membunuh seluruh orang yang ada dibawahnya.
“Aku…gagal sebagai keluarga kerajaan.” (Liecia)
Karena kelelahan yang hebat aku duduk disana. Aku tidak pernah merasakan perasaan tidak berdaya seperti yang kurasakan sekarang. Melihatku seperti itu, Souma mengerang “ah” dan “uh” dan kemudian meletakkan tangannya diatas kepalaku,
“Jangan merasa terlalu bersalah. Kita masih dapat memperbaikinya sekarang. Aku telah mengumpulkan dana. Dengan uang itu pertama-tama mari kita memperbaiki sektor pertanian.” (Souma)
“…. Apa yang akan kau lakukan?” (Liecia)
“Melarang menanam Cash Crops, kembali menanam ladang makanan, meningkatkan persediaan makanan. Negara akan membantu perubahan ini dengan bantuan. Pertama kita tanam kacang kedelai yang memiliki banyak kegunaan dan kentang yang jarang mengalami gagal panen, dan akhirnya menambahkan lahan padi. Lalu…” (Souma)
Souma mengatakan tentang perbaikan pertanian besar-besaran yang Ia rencanakan. Terdapat banyak kata yang tidak kumengerti, seperti beras dan padi, tapi wajahnya kelihatan berseri-seri. Kupikir aku mengerti kenapa ayah menyerahkan takhtanya. Dia adalah seseorang yang paling dibutuhkan oleh negara ini sekarang. Tidak peduli apapun yang terjadi kami harus mengikatnya dengan negara ini… Pertunangan denganku mungkin salah satu ikatan itu.
(… ini tentu saja bukan waktunya berkata tidak menyenangkan mendapati pernikahanku ditentunkan seenaknya)
Souma berkata dia akan mundur dari takhta saat dia telah menempatkan keadaan ekonomi negara ini di jalur yang benar, tapi tidak mungkin aku akan menerima hal itu. Membiarkan sebuah bakat langka meninggalkan pemerintahan adalah sebuah kegagalan nasional. Aku harus mencegah hal itu terjadi bagaimanapun caranya.
( Aku ragu jika aku dapat membangun sebuah keadaan tertentu dan membuatnya bertanggung jawab…. Tunggu! Ke, keadaan tertentu… artinya…. itu, kan…? )
Karena gambaran yang datang kedalam pikiranku, wajahku tiba-tiba memerah.
“Itulah mengapa area pegunungan… hei Liecia, apakah kau mendengarkanku?” (Souma)
“Hya! A, Aku mendengarkanmu.” (Liecia)
“? Entah bagaimana kau kelihatan memerah?” (Souma)
“Ini akibat matahari pagi! Jangan pedulikan, dan teruslah berbicara!” (Liecia)
“???” (Souma)
Pipiku terasa panas. Kupikir aku akan mati karena rasa malu. Apa yang Souma katakan setelah itu tidak ada yang masuk ketelingaku sama sekali.
***
SPOILER ALERT
 Pengenalan Karakter: Liecia Elfrieden 】
Anak perempuan dari Raja ke-13 kerjaan Elfrieden, Alberto Elfrieden. Dia menikah dengan orang yang suatu saat akan menjadi Souma E Elfrieden. Selama menjadi seorang putri, dia juga lulus dari sebuah akademi militer dan anggota dari pasukan militer kerajaan, dan dengan kecakapannya, dia aktif sebagai perantara antara Souma dan Militer. Dia juga menunjukan akal yang cemerlang berhubungan dengan pemerintahan yang lebih baik dari Ayahnya, sampai-sampai ada sebuah gosip bahwa dia tidak berhubungan darah dengan Raja Sebelumnya. Dia selalu bersama dengan Souma selama masa-masa sulit, dan terus mendukungnya, menjadikannya sebagai seorang Istri yang Baik dan Ibu yang bijak.